Purwanto Petani Sukses Uji Coba Menanam Cabe Ala Seoul Korea Selatan

29 Agustus 2017 00:21:54 WIB

Kampung, 28 Agustus 2017 (Pewarta Desa)

Desaku yang kucinta pujaan hatiku, Tempat ayah dan bunda Dan handai tolanku, Tak mudah ku lupakan, Tak mudah bercerai, Selalu ku rindukan desa ku yang permai. Lagu itulah yang seharusnya tetap di tularkan dan selalu dinyanyikan disetiap waktu oleh generasi yang tinggal dan berdomisili di perdesaan. Lirik lagu di atas adalah merupakan cermin dan gambaran bahwa lingkungan perdesaan adalah lingkungan yang menyenangkan, lingkungan yang menyejukkan, lingkungan yang menentramkan.

Dengan berbagai potensi yang ada di perdesaan semua adalah bagian dari ciptaan Tuhan yang seharusnya wajib kita jaga, kita rawat, kita kelola dan kita manfaatkan untuk kesejahteraan. Kadang generasi kini sudah jarang yang menghafal lagu Desaku, apalagi menyanyikanya, padahal dengan selalu menghafal dan menyanyikan lirik lagu tersebut kita akan terbawa ke alam fikiran yang sejuk dan damai.

Karena potensi yang ada di perdesaan adalah potensi pertanian dan perkebunan, maka sepantasnyalah generasi muda mulai sejak usia kanak-kanak kita kenalkan bahkan kita ajarkan tentang pertanian, apalagi negara kita yang terkenal dengan sebutan negara agraris, negara yang tanahnya subur dengan segala yang ditanam di atasnya. Sungguh sangat ironis apabila dengan kesuburan tanah yang luar biasa di negeri ini, kemudian bahan makanan pokok terutama beras harus membeli dari luar negeri.

Sejak setahun terakhir Suparna (47) telah bersemangat untuk bersinergi kepada beberapa fihak, baik pemerintah maupun suwasta dalam rangka mempertahankan dan mengembangkan potensi lokal yaitu pertanian. Tidak hanya di dalam negeri, bahkan Kades Kampung ini sudah berupaya menggandeng beberapa orang dari luar negeri dengan tujuan agar bisa berkolaborasi dan tukar pengalaman di bidang pertanian. Apa yang telah dilakukan Suparna, ternyata sudah mulai menuai hasil. Purwanto (64) tahun seorang petani Desa Kampung yang kebetulah ketua kelompok tani Dadi Makmur padukuhan Candi, Desa Kampung di musim kemarau ini mencoba menanam Cabai kurang lebih 1200 (seribu dua ratus batang) sampai hari ini sudah memetik tidak kurang dari empat kwintal. Purwanto menuturkan "Kula nyobi nanem cabe menika, karono kula, sinau ingkang dipun ajaraken pak Kim Kimyung dosen saking Saemaul Undong Soeul Korea Selatan/Saya menoba menanam cabe ini, karena saya belajar dari seorang dosen dari universitas Saemaul Undong"

Apa yang dilakukan Purwanto adalah merupakan aplikasi dan transformasi ilmu dari seorang dosen dari luar negeri, masih banyak yang belum yakin apabila yang dilakukan purwanto akan menuai keberhasilan, bahkan saat awal-awal perawatan tanaman cabenya banyak orang  mentertawakan kepada Purwanto, karena cara penyerbukan tanaman cabenya harus dilakukan secara manual yaitu melalui crossing atau kawin silang, yang tentu dengan tenaga yang sangat banyak. Namun setelah mengerti hasilnya masyarakat Desa Kampung banyak yang akan mengikuti cara Pak Purwanto dengan menanam cabe seperti yang dilakukanya.

Dari hasil panenya pak Purwanto sudah bisa kalkulasi, karena cabe yang ditanam adalah merupakan cabe untuk bibit, harga jualnya pun sangat fantastis bahkan berlipat ganda dari biasa produksinya, harga cabe hasil panenya perkilogram rp. 47.500,- (empat puluh tujuh limaratus rupiah). Seribu meter persegi tanah yang dipakai untuk uji coba  menanam cabe tersebut sudah memetik hasil empat kwintal, berarti sudah menerima hasil penjualan Rp. 19.000.000,- (Sembilan belas juta rupiah).

Karena merasa ada peningkatan hasil yang sungguh fantastis maka Pak Purwanto di musim tanam nanti merencanakan akan menaman 5000 lima ribu bibit cabe.

Semoga berhasil mBah Purwanto.... barrakalah

 

Dokumen Lampiran : Mengajarkan Cinta Potensi Desa Kepada Generasi Sejak Dini


Komentar atas Purwanto Petani Sukses Uji Coba Menanam Cabe Ala Seoul Korea Selatan

Formulir Penulisan Komentar

Nama
Alamat e-mail
Kode Keamanan
Komentar