GREBEG BESAR GUNUNG WIJIL DESA KAMPUNG DIGELAR 2 SEPTEMBER 2017

29 Agustus 2017 17:27:00 WIB

 

GREBEG BESAR GUNUNG WIJIL DESA KAMPUNG

Upacara Adat tradisional   “GREBEG BESAR   di  “GUNUNGWIJIL”  sebagai wujud dari rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa serta untuk mengenang  jasa besar R.Ng Djoyo Wikromo sebagai pejuang kemerdekaan yang  pada waktu itu menjabat sebagai Manggolo Yudho Bregodho Kawandoso Joyo Pasukan Berkuda Pangeran Samber Nyowo yang diimplementasikan kedalam bentuk Seni dan budaya, adapun waktu Pelaksanaan upacara adat  “GREBEG BESARtersebut dilaksanakan dalam  kurun waktu setahun sekali setiap tanggal 11 Dhulhijjah.

SEJARAH  SINGKAT R.Ng. DJOYO WIKROMO

 

Ng. Djoyo Wikromo adalah Manggala Yuda Bregodho Kawanndoso Joyo Pasukan berkuda yang merupakan Prajurit Khusus yang di bentuk dan Bermarkas di Gunung Gambar , Ngawen Gunungkidul. Yang mempunyai misi Bergerilya Melawan Raja Kasunanan Surakarta dan Raja kasultanan Yogyakarta yang pada saat itu sudah dipengarui oleh Pasukan VOC Belanda.

Bregodho Kawan Ndoso Joyo terdiri dari 40 orang prajurit pilihan ( jawa : Kawan ndoso = 40 ) yang kesemuanya parajurit berkuda dan semuanya diberi nama depan “ Djojo “  , misalnya ; Djojo Kusumo, Djojo nagoro, Djojo sudirgo , dll.

Beliau merupakan Saudara  muda Dari Demang Jiwo Yudo ( Demang Gempol = Demang Ngawen ) .mereka berdua putra dari Eyang Carik seorang Legendaris juga yang berada di wilayah Ngawen. Eyang Carik adalah Menantu dari Demang Kerti Boyo (mereka berdua  keturunan dari  Prajurit Berkuda  pelarian Kerajaan Maja pahit ).Karena Jiwo Wikromo serta Jiwo Yudo merupakan keturunan dari seorang prajurit,maka merekapun mendapatkan ilmu keprajuritan dari orang tua mereka yaitu Eyang Carik.Singkat cerita Mereka Berdua  kelak akan menjadi pengasuh serta pengajar dari R.M. Sa’id yang pada saat itu di sembunyikan di wilayah Gunungkidul pada saat terjadi Perang saudara antara Kerajaan Mataram Kartasura pada zaman Raja Paku Buana I Karena politik adu domba VOC Belanda,Putera Mahkota PB I yaitu  Arya Mangku Negara ( Ayah dari R.M. Sa’id = P. Samber Nyawa )  karena satu hal dibuang oleh VOC belanda Ke Srilangka. Waktu itu R.M. Sa’id masih berusia 5 tahun.

Karena situasi Kerajaan yang tidak aman , maka R.M. Sa’id disembunyikan ke Wilayah Gunungkidul. Sa’id pertama di sembunyikan di Gunung Payung , Perbukitan sebelah selatan daerah Wedi . Kemudian karena masih dirasa kurang aman maka bergeser ke daerah sebelah timur. Tepatnya adalah di Dusun Gempol  , sebuah dusun di selatan Gunung Gambar. Pada waktu itu yang menjadi Demang ( Kamitua ) adalah Demang Jiwo Yuda .

Demang jiwo Yuda adalah Putera dari Eyang Carik , sedang Eyang Carik adalah Menantu dari Demang Kerti Boyo ( Keturunan dari  Prajurit Berkuda  pelarian Kerajaan Maja pahit ). Disebut Kademangan Gempol karena disitu Kebanyakan penduduknya memelihara kuda ( Gempol artinya Kotoran kuda ) sehingga di sepanjang jalan di setiap dusun berbau kotoran kuda.

Said yang masih anak-anak mulailah diasuh oleh Ki Demang Jiwo Yudo . dalam masa itulah mulai diajari berbagai ilmu . baik lahir dan batin . terutama ilmu keprajuritan karena Demang Jiwo Yudo adalah keturunan Prajurit berkuda dari Majapahit.

Setelah sampai masa remaja ( Kira-kira umur 15 tahun )RM. Sa’id pegemblengan ilmu Keprajuritan dilanjutkan  oleh adik  demang Jiwo Yuda  yang bernama Jiwo Wikromo sehingga kelak akan menjilma menjadi Pasukan Brogodo Kawan  Ndoso Joyo yang Tersohor sebagai pasukan Berkuda pangeran Samber Nyawa yang selalu ditakuti oleh pihak lawan khususnya tentara VOC Belanda.

Ki Jiwo Wikromo Saudara muda Dari Demang Jiwo Yudo ( Demang Gempol = Demang Ngawen ) itulah kemudian diangkat menjadi senopati perang pasukan berkuda Prajurit Pangeran Samber Nyawa yang terkenal dengan semboyannya  “ Tiji Tibeh “  ( Mukti siji Mukti kabeh Mati siji Mati Kabeh ). Karena Setiap prajurit berkuda itu diberi gelar nama depan “ Djojo “ ( Jaya ) maka dari Nama Jiwo Wikromo berubah menjadi Bernama Djojo Wikromo. Sa’id dan Ki Djojo Wikromo Mulai melakukan perang Gerilya ke daerah-daerah yang menjadi basis pasukan Kompeni VOC Belanda sampai RM Sa’id mendapatkan tahtanya di Mangkunegaran .

 Kembalinya Manggalayuda R. Ng. Djojo Wikromo Ke Gunungkidul

Setelah Masa RM Sa’id menjadi raja di Mangkunegaran,maka R. Ng. Djoyo Wikromo  Pensiun sebagai Senopati Prajurit Bregodo Patang Ndoso Djojo. R. Ng. Djoyo Wikromo, tidak mau tinggal di kalangan istana kerajaan Mangkunegaran . Beliau memilih untuk pulang ke daerah asalnya Yaitu ke Gunungkidul, hidup sebagai rakyat biasa , bertani  di menjelang hari-hari tuanya.

Ng. Djojo Wikromo Diberi daerah Kekuasaan di Kademangan Gempol Wilayah Gunungkidul sebagai tanah Lungguh , yang saat itu wilayah tersebut sudah berubah nama menjadi Kademangan Ngawen .

Barangkali sudah merasa jenuh hidupnya dengan mengalami ratusan  kali peperangan, Ratusan kali membunuh Prajurit lawan bahkan jenuh dengan ribuan teriakan kesakitan akibat tebasan pedangnya,  beliau R. Ng. Djojo Wikromo  tidak mau tinggal lagi di dusun kelahirannya yaitu Dusun Ngawen. Beliau memilih tinggal menyendiri dan membuat tempat tinggal disebelah timur Kademangan Gempol/ Ngawen,

Daerah yang masih sepi yang jauh dari hiruk pikuk kehidupan . guna melupakan semua kenangan keganasan peperangan .

Beliau Membuat rumah di sekitar mata air alam ( sumur alam ) yang tidak pernah kering airnya walaupun kemarau panjang . yang kelak dusun tersebut bernama Dusun Gudang

 Setelah  meninggal dunia R. Ng. Djojo Wikromo di semayamkan di Gunung Wijil ( Pemakaman sebelah barat Dusun Gudang ). Bukit kecil berupa Gundukan tanah seluas 1 hektar disebelah barat mata air yang berbatu hitam . satu-satunya bukit ( Walau kecil ) yang  berbatu hitam , diantara bukit –bukit kapur sebagai ciri kas bukit- bukit di wilayah Gunungkidul.

Demikian cerita singkat tentang R Ng Djoyo Wikromo yang diambil dari beberapa narasumber yang masih ada di wilayah Ngawen maupun di luar Ngawen.Tentu cerita ini masih banyak kekurangan sehingga masih perlu adanya dukungan dari semua fihak guna mendapatkan hasil cerita kehidupan dari R Ng Djoyo wikromo yang lebih obyektif.

PROSESI UPACARA ADAT GREBEG BESAR GUNUNGWIJIL.

Upacara Adat GREBEG BESAR dilaksanakan setiap tahun oleh masyarakat setempat pada tanggal 11 Dhulhijjah.

Grebeg Besar Gunung Wijil Dilaksanakan pada Hari Sabtu, 2 September 2017

Di Pusara R. Ng. Djoyo Wikromo di Padukuhan Gudang, Kampung, Ngawen, Gunungkidul

Adapun proses Upacara adat GREBEG BESAR di mulai dengan memyiapkan rangkaian upacara Ritual yaitu Gunungan Ulu Wetu yang terdiri dari :hasil Pertanian,Panggang Tumpeng dll,yang kemudian diarak oleh warga masyarakat dengan di iringi tetabuhan seni tradisionil Reyog/Jathilan menuju lokasi Petilasan R.Ng.Djoyo Wikromo . Setelah sampai dilokasi kemudian dimulailah Upacara Adat GREBEG BESAR dan diakhiri dengan penyerahan sesaji/Gunungan dll tersebut kepada Juru Kunci untuk diikrarkan sebagai bentuk Syukur Kehadirat Tuhan Yang Maha Esa.Setelah prosesi selesai ,rangkaian Upacara Adat dimeriahkan dengan berbagai hiburan kesenian rakyat seperti pagelaran Seni Reog,Jathilan,Pagelaran Campur Sari,Dangdut,Tari-tarian,dsb.

Kontributor : Paguyuban Taman Kautaman

Dokumen Lampiran : GREBEG BESAR GUNUNG WIJIL DESA KAMPUNG DIGELAR 2 SEPTEMBER 2017


Belum ada komentar atas artikel ini, silakan tuliskan dalam formulir berikut ini

Formulir Penulisan Komentar

Nama
Alamat e-mail
Kode Keamanan
Komentar