Dari Gunungkidul Film Ziarah tiba di Tokyo

Arif budianto 04 November 2017 02:03:17 WIB

Film Indonesia kembali memercikan apinya di kancah festival film kelas dunia. Kali ini film Ziarah karya BW Purbanegara dan film Mobil Bekas dan Kisah-Kisah Dalam Putarankarya Ismail Basbeth yang mewakili Indonesia di Tokyo International Film Festival ke 30 yang diadakan di Tokyo, Jepang.

Saya baru pertama kali menonton film Ziarah karena saat tayang di bioskop Indonesia, saya sedang melaksanakan shooting film lain jadi tidak sempat menontonnya. Beruntung bisa menontonnya di TIFF Japan bersama BW Purbanegara (Sutradara), Rukman Rosadi (Aktor), tim produksi yang terdiri dari Ridla An-Nuur, Novi Hanabi dan Bagus Suitrawan. Serta perwakilan dari Pusat Pengembangan Perfilman, Pak Abu Hanifa.

Pemilik hak cipta

Film Ziarah diputar di bioskop Indonesia pada tanggal 18 Mei 2017 dan berhasil meraup lebih dari 30 ribu penonton. Pencapaian yang luar biasa karena film Ziarah merupakan film independen yang hanya tayang di bioskop terbatas. Jumlah layar yang mereka dapat hanya 21 layar. Secara bisnis, film Ziarah termasuk sudah 'balik modal' bahkan 'untung sedikit' mendengar budgetnya yang terbatas. Tetapi nilai uang yang didapatkan para filmmaker yang terlibat tidak sebesar nilai pengalaman, pembelajaran dan proses yang mereka lalui serta dapatkan yang begitu panjang sampai sekarang akhirnya tiba di Tokyo.

Sebelum Tokyo International Film Festival, Ziarah juga mendapatkan nominasi Festival Film Indonesia 2016 pada kategori Penulis Skenario Asli Terbaik. Serta dengan bangga membawa pulang 2 penghargaan dalam ajang ASEAN International Film Festival and Awards (AIFFA) untuk 2 kategori. Keduanya yaitu Best Screenplay dan Special Jury Award. Malam penganugerahan AIFFA berlangsung Sabtu 6 mei 2017 di Kuching, Serawak, Malaysia. Yang mengejutkannya lagi Ponco Sutiyem (95 tahun) mendapatkan nominasi Aktris Terbaik di ajang penghargaan tersebut. Pencapaian yang luar biasa membanggakannya untuk Indonesia.

Pemilik hak cipta

Bagi kamu yang belum nonton Ziarah dan ingin tau lebih banyak tentang filmnya berikut adalah hasil tanya jawab dengan penonton setelah pemutaran pertamanya di TIFF.

Perbedaan antara Gunung Kidul dan Tokyo?

Rukman Rosadi: Ada banyak sekali perbedaan dari Gunung Kidul (daerah yang mewakili negara Indonesia di film ini) dan Tokyo setelah saya tiba disini. Gunung Kidul begitu banyak garis tidak teratur sedangkan Tokyo begitu teraturnya. Bahkan pohonnya saja sangat ditata rapih dan kotanya bersih. Ini membuat saya berpikir, apakah garis yang 'bertabrakan dan berbeda' ini dapat dimengerti oleh penonton Tokyo.

Ceritakan sedikit tentang pemeran utamanya.

BW Purbanegara: Ponco Sutiyem yang memerankan Sri belum pernah berakting dan dia bisa menjadi aktris yang hebat banget. Dia sangat natural saat di depan kamera. Nah, mbah Ponco itu seorang wanita yang pernah mengalami masa perang dalam hidupnya. Jadi meskipun baru pertama kali akting. Secara batin mbah Ponco sudah siap untuk memainkan karakter ini.

https://www.youtube.com/watch?v=lRD2vVvW7H4

Kenapa tidak menggunakan bahasa Indonesia, melainkan bahasa Jawa?

Saya memilih bahasa Jawa karena saya ingin film yang otentik dan natural. Orang-orang yang bermain di film ini semua secara natural berbahasa Jawa. Mungkin kalau saya bikin film di Jakarta, mungkin saya akan menggunakan bahasa Indonesia. Kalau bikin film di Jepang, mungkin akan memakai bahasa Jepang.

Ceritakan sedikit tentang aksen Jawa-nya.

Rukman Rosadi: Saya bukan Jawa asli. Tapi saat memainkan karakternya, aksen Jawa yang saya pilih pun sangat-sangat berbeda karena bisa dibilang aksen dari Jawa pinggiran. Bahkan bagi orang Jawa pun banyak yang menanyakan dari mana aksen Jawa itu berasal.

Berikut adalah tambahan pertanyaan saya ke produser, Ridla An-Nuur.

Ridla An-Nuur: Film ini difilmkan dengan 3 tahap berbeda atau bisa dibilang 3 'termin'. Tahap 1 dan 2 saya tidak terlibat. Tapi tahap 3 saya baru terlibat. Karena tidak cukup uang untuk memproduksinya. Crew tidak sampai 50 orang. Kamera A7S. Semua keuntungan filmnya dikembalikan dulu ke mas BW dan saya yang chip in uang. Baru segala keuntungan di bagi ke semua orang yang terlibat di filmnya.

https://www.youtube.com/watch?v=bSeDYN-zFgY
Belum ada komentar atas artikel ini, silakan tuliskan dalam formulir berikut ini

Formulir Penulisan Komentar

Nama
Alamat e-mail
Kode Keamanan
Komentar