Kopi Gunung Gambar, dari Situs Sejarah Menuju Sentra Kopi Gunungkidul
Arif budianto 08 Juli 2025 05:36:50 WIB
Di atas ketinggian perbukitan Gunungkidul utara yang tenang, Gunung Gambar berdiri sebagai saksi bisu perjalanan sejarah panjang. Dikenal sebagai lokasi pertapaan Pangeran Sambernyawa atau Raden Mas Said, situs ini selama bertahun-tahun menjadi destinasi wisata religi dan sejarah. Namun kini, Gunung Gambar perlahan menampakkan wajah baru menjadi kawasan penghasil kopi.
Sabtu pagi (5/7/2025), suasana Gunung Gambar lebih semarak dari biasanya. Bupati Gunungkidul, Endah Subekti Kuntariningsih, hadir langsung dalam momen panen kopi yang digelar oleh Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Kampung Ngawen.
Kopi Gunung Gambar bukan barang baru. Dalam catatan di Perpustakaan Mangkunegaran, tercatat bahwa tanaman kopi telah tumbuh di wilayah ini sejak zaman penjajahan Belanda (VOC). Dulu, kawasan ini memang termasuk daerah yang digunakan untuk budidaya tanaman komoditas ekspor seperti kopi dan cengkeh.
Berawal dari inisiatif warga setempat, Pokdarwis memanfaatkan lahan seluas tiga hektare untuk kembali menanam kopi. Tidak sendiri, mereka juga mendapat dukungan dari mahasiswa KKN Universitas Gadjah Mada (UGM), yang turut menyusun rencana pengelolaan, pendampingan teknis, hingga pemasaran.
“Anak-anak muda sekarang butuh daya tarik lebih dari sekadar situs sejarah. Maka kami coba menghidupkan kembali kopi yang pernah berjaya di tempat ini,” kata Wagino, Ketua Pokdarwis Desa Wisata Kampung Ngawen.
Produksi kopi di Gunung Gambar memang belum masif, tetapi menjanjikan. Panen dilakukan hampir sepanjang tahun dengan hasil mencapai sekitar satu ton setiap tahunnya. Dalam panen bulan Juli ini saja, sebanyak 30 kilogram biji kopi berhasil dipetik.
“Kopi disini sudah memasuki pasar lokal, juga telah menjadi suplai tetap di beberapa kafe dan kedai kopi di Gunungkidul,”jelasnya.
Namun pengembangan kopi tidak selalu berjalan mulus. Tantangan datang silih berganti, terutama menyangkut keterbatasan lahan dan ketersediaan air. Beberapa petani bahkan mulai memanfaatkan pekarangan rumah untuk menanam kopi karena tidak lagi memiliki cukup lahan terbuka.
“Kalau ada izin pembukaan lahan, kita bisa menambah luasnya. Tapi sementara ini kita optimalkan yang ada dulu,” Ulas Wagino.
Di tengah keterbatasan, semangat warga tetap menyala. Mereka sadar bahwa kopi bukan hanya tanaman, tetapi juga simbol harapan ekonomi. Bupati Endah pun menegaskan pentingnya diversifikasi potensi wisata di Gunungkidul. Baginya, Gunung Gambar tidak boleh hanya dikenal sebagai wisata religi.
“Wisata itu tidak cukup dengan cerita sejarah. Kita perlu kombinasi. Nah, kopi ini bisa jadi salah satu ikon baru. Apalagi jika dikembangkan menjadi wisata edukasi dan pengunjung bisa belajar, memetik kopi, lalu menikmati seduhan hasil kebunnya sendiri,” kata Endah
Potensi wisata di kawasan Gunung Gambar, Kalurahan Kampung, Kapanewon Ngawen, Gunungkidul, kini tidak lagi terbatas pada destinasi sejarah dan religi. Warga setempat melalui Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) berhasil mengembangkan budidaya kopi sebagai daya tarik baru. Keberhasilan ini ditandai dengan kegiatan panen kopi bersama Bupati Gunungkidul, Endah Subekti Kuntariningsih, pada Sabtu (5/7/2025).
Kopi yang ditanam sejak tahun 2021 di lahan seluas tiga hektare ini mampu dipanen sepanjang tahun dengan rata-rata produksi tahunan mencapai sekitar satu ton. Pada panen kali ini, Pokdarwis memetik hasil sebanyak 30 kilogram. Kopi Gunung Gambar kini juga telah disuplai ke sejumlah kafe di wilayah Gunungkidul.
“Gunung Gambar memiliki nilai sejarah yang sangat kuat, tetapi kami sadar anak-anak muda dan wisatawan milenial memerlukan daya tarik lain. Karena itu, kami kembangkan kopi ini,” ujar Ketua Pokdarwis Desa Wisata Kampung Ngawen, Wagino.
Ia menambahkan, kopi Gunung Gambar memiliki jejak sejarah panjang. Berdasarkan catatan yang tersimpan di Perpustakaan Mangkunegaran, tanaman kopi di kawasan ini sudah ada sejak era VOC. Kini, budidaya kopi dihidupkan kembali dengan dukungan dari kelompok tani lokal dan program KKN mahasiswa Universitas Gadjah Mada (UGM).
Meski mulai menunjukkan hasil, Wagino mengakui masih ada sejumlah tantangan, seperti keterbatasan lahan dan akses air bersih.
“Permintaan pasar cukup tinggi, tetapi lahannya masih terbatas. Kami mulai menyiasatinya dengan menanam di pekarangan rumah warga. Jika ada izin pembukaan lahan, pengembangannya bisa lebih luas lagi,” ujarnya.
Sementara itu, Bupati Gunungkidul Endah Subekti Kuntariningsih mengapresiasi inisiatif masyarakat dalam mengembangkan potensi lokal yang memiliki nilai tambah secara ekonomi.
“Kawasan Gunung Gambar perlu dikembangkan agar tidak hanya bertumpu pada wisata religi, tetapi juga memiliki daya tarik lain yang mampu mendatangkan investor dan wisatawan,” ungkapnya.
Menurut Endah, kolaborasi antara masyarakat, akademisi, dan pemerintah sangat penting untuk mendorong pertumbuhan ekonomi lokal.
“Karena itu, semua tokoh masyarakat dan teman-teman dari fakultas pertanian harus berkolaborasi agar Kalurahan Kampung memiliki destinasi unggulan yang dapat mendongkrak kesejahteraan warganya,” tutupnya.
Formulir Penulisan Komentar
Pencarian
Statistik Kunjungan
Hari ini | ![]() ![]() ![]() ![]() ![]() ![]() ![]() ![]() ![]() |
Kemarin | ![]() ![]() ![]() ![]() ![]() ![]() ![]() ![]() ![]() |
Pengunjung | ![]() ![]() ![]() ![]() ![]() ![]() ![]() ![]() ![]() |
- Kopi Gunung Gambar, dari Situs Sejarah Menuju Sentra Kopi Gunungkidul
- MUSKALSUS PROGRAM KETAHANAN PANGAN KALURAHAN KAMPUNG
- MUSKALSUS Pembentukan Koperasi Desa Merah Putih Kalurahan Kampung
- PENYALURAN BLT DANA DESA TAHAP 4 DAN 5 TAHUN 2025
- PENGAMBILAN SUMPAH JANJI DAN PELANTIKAN ULU-ULU KALURAHAN KAMPUNG
- PEMASANGAN BALIHO LAPORAN PERTANGGUNGJAWABAN APBKAL 2024
- PEMASANGAN BANNER BALIHO APBKAL KAMPUNG TAHUN 2025